Tengkorak di kuburan Desa Trunyan, Foto: sales-sandiegohill.com |
Desa Trunyan dan Keunikan Pemakaman
Desa Trunyan-Bali memiliki tradisi yang unik, dengan keunikannya membuat Bali begitu dikenal di penjuru Dunia. Kepopuleran Bali mengalahkan nama Indonesia sendiri, bahkan orang asing tidak mengetahui kalau Bali merupakan bagian dari Indonesia.
Yap.. unik, adat dan tradisi Bali memang unik, dikemas sedemikian rupa hingga menjadi daya tarik tersendiri. Namun salah satu desa kuno di Bali tidak dengan sengaja mengemas budaya tersebut agar menjadi seperti sekarang, tetapi karena situasi yang menuntut agar kondisi ini terjadi.
Pohon Taru
Salah satu desa kuno ( desa kuno di Bali biasa disebut Desa Bali Aga) yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yaitu Desa Trunyan. Desa trunyan terkenal dengan sistem penguburan jenazah masyarakatnya. Bagi kebanyakan orang, jenazah seseorang akan di kebumikan atau dikremasi dan di aben kalau secara umat Hindu umumnya.Pohon Menyan, Foto: vacationbaliindonesia.com |
Penguburan unik ini yaitu dengan meletakkan mayat begitu saja tanpa dikuburkan dan hanya dikelilingi oleh pagar ancak agar mayat tersebut tidak diganggu oleh binatang. Hal ini berawal dari adanya pohon yang dulu konon wanginya sangat harum, sampai-sampai harumnya sangat menyengat dan bahkan dapat membuat orang sakit kepala menciumnya dan parahnya lagi dapat membuat kematian karena sesak nafas. Pohon itu bernama pohon taru menyan. Berasal dari dua kata, yaitu " taru" yang artinya pohon, dan "Menyan" yang artinya wangi. jadi taru menyan adalah pohon yang mengeluarkan bau wangi atau harum.
Untuk menetralisir bau harum tersebut, maka bau busuklah yang harus digunakan. Sejak saat itu maka mayat masyarakat di sana tidak dimakamkan dan diletakkan begitu saja agar bau busuk mayat dapat menetralisir bau harum pohon taru tersebut.
Ada versi lain yang mengatakan bahwa bau harum akibat pohon menyan tersebut tercium sampai ke Solo. Akhirnya empat bersaudara dari Kerajaan Solo mencari sumber bau tersebut. Sampailah hingga di Desa ini, dan menemukan sumber bau tersebut dari Taru Menyan. Pohon itu adalah sebagai tempat dari Dewi yang sangat cantik yang membuat si sulung dari empat bersaudara yang berasal dari Kerajaan Solo itu jatuh cinta. Kemudian mereka menikah dan mendirikan kerajaan kecil. Karena takut kerajaannya diserang akibat sumber harum dari pohon menyan tersebut, maka sang raja memerintahkan penduduk untuk tidak mengubur mayat orang yang telah meninggal dan hanya menyandarkannya di tanah.
Semae Wayah dan Seme Cerik
Tempat penguburan mayat bagi masyarakat Bali bernama seme. Di Desa Trunyan ada dua seme yaitu seme wayah dan seme cerik. Perjalanan menuju seme wayah dapat melewati dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur danau. Jalur darat memakan waktu tempuh sekitar 45 menit melewati Desa Penelokan sedangkan jalur danau juga ada dua jalur yaitu melalui pelabuhan kedisan dan memakan waktu 45 menit juga sedangkan melalui desa trunyan hanya memakan waktu sekitar 15 menit saja. Terserah kamu mau pakai jalur yang mana saja namun yang saya rekomendasikan agar lebih cepat pakai jalur danau lewat desa trunyan saja.Sema wayah Desa Trunyan, Foto: tunaspisang.blogspot.co.id |
Orang baru diletakkan di Sema Wayah, Foto: kintamani.id |
EmoticonEmoticon