Tuesday, 25 July 2017

Pantai Pandawa-Keindahan pantai dibalik tebing tinggi

Tebing Pantai Pandawa

Pantai Pandawa Desa Kutuh

Pantai Pandawa-Pantai di Bali menawarkan keeksotisan tersendiri. Bali adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh pantai, maka tidak heran kalau pantai adalah tujuan wisata di Bali. Pantai pantai yang namanya sudah populer di Bali seperti Pantai Kuta dan Pantai Sanur tidak membuat pantai lainnya di Bali malah tidak berkembang. Berkembang dalam artian menggali potensinya untuk menjadi objek wisata baru di Bali. 

Salah satu pantai yang berada di Badung selatan awalnya tidak sepopuler sekarang. Pantai yang berada di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Badung ini dulu memang susah untuk dijangkau sehingga orang asing menamainya secret beach. Orang Desa Kutuh juga menyebut pantai ini adalah Pantai Kutuh. 


Pantai yang terletak dibalik bukit ini ternyata memiliki keindahan yang tak kalah dari Pantai Kuta. Dengan melihat potensi tersebut maka masyarakat Desa Kutuh berinisiatif untuk mengembangkan potensi tersebut sehingga menjadi objek wisata populer seperti sekarang ini.

Bukit yang menjadi penghalang untuk menuju ke pantai ini digali terus menerus agar bisa menembus ke pantai dan memberikan akses jalan yang bagus karena akses jalan menuju pantai ini sangat penting atau sebagai alasan terkuat untuk pengembangan selanjutnya. Membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menembus dan membelah bukit tersebut hingga menjadi seperti sekarang. Waktu yang diperlukan sekitar 12 tahun. Dapat kamu bayangkan pengorbanan masyarakat Desa Kutuh untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan.  


Kisah usaha masyarakat Desa Kutuh dalam menembus bukit selama 12 tahun diibaratkan seperti kisah Panca Pandawa dalam masa pengasingannya hidup dihutan dan mencari tanah untuk membuat tembikar. Kisah hidup Panca Pandawa dan ibunya menjadi inspirasi dan melatar belakangi penamaan pantai ini menjadi Pantai Pandawa sehingga dibangunlah patung-patung Panca Pandawa dan Kunti di dinding bukit pinggir jalan menuju Pantai Pandawa ini.



Dapat kamu lihat sekarang bagaimana usaha masyarakat Desa Kutuh tidak sia-sia. Keindahan Pantai Pandawa memang sangat mengesankan, pantai yang luas dan dengan penataan yang bagus, lahan parkir yang memadai, Jalan yang sudah diaspal dan penerangan jalan sudah mendukung pula.

Untuk kunjungan wisatawan, dulu memang wisatawan asing yang banyak berkunjung kesini, tetapi sekarang kunjungan ke Pantai Pandawa didominasi oleh wisatawan domestik. Pantai ini sering menjadi lokasi tempat foto prewedding atau acara wedding. 

Kesan yang ditonjolkan di Pantai pandawa ini agak mirip dengan konsep pemasangan nama " Holywood" di bukit, begitu juga dengan nama Pantai Pandawa yang ditempel di bukit sehingga bila diamati nama "Pantai Pandawa" yang di tempel tersebut menjadi latar belakang spot foto yang paling dominan bagi para wisatawan, mungkin dengan tujuan kalau mereka mau menunjukkan bahawa mereka benar-benar sedang berada di Pantai pandawa, bukan pantai lainnya. 




Masuk lebih kedalam lagi, kamu akan dihadapkan pada kemilau pasir putih dan hamparan laut yang indah. Kamu dapat menikmati suasana pantai dengan duduk di bangku yang berisi payung, bisa juga sambil sasi dipijat karena ada tersedia jasa pijat di pantai ini. Pantai ini juga lumayan bagus untuk tempat berselancar. Aktivitas lain yang dapat kamu lakukan adalah kegiatan watersport dan berkano.

Bagi kamu yang ingin berkunjung ke Bali, atau orang Bali yang belum pernah ke Pantai Pandawa ini, masukkan nama pantai ini ke daftar liburan kamu bersama keluarga. Untuk lokasinya dapat kamu lihat pada peta di bawah ini:



Monday, 24 July 2017

Perang Api- Ritual unik sebagai rangkaian dari upacara Nyepi di Desa Nagi




Perang api di Desa Nagi

Perang Api-Budaya Bali memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Budaya unik yang merupakan bagian dari rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali hanya ada di Desa Nagi, Ubud. Secara umum rangkaian Hari Raya Nyepi adalah dimulai dari upacara melasti, kemudian upacara pangrupukan atau pecaruan pada tilem ke sanga, besoknya dilanjutkan dengan Nyepi, lalu kemudian dilanjutkan lagi dengan ngembak gni atau ngembak api. 

Biasanya acara yang ditunggu-tunggu saat sehari sebelum nyepi adalah Festival ogoh-ogohnya karena Festival tahunan ini memang sangat menarik dan dipenuhi oleh semangat euforia serta kebersaman dalam seni dan kreasi. Tetapi yang akan kita bahas bukan tentang ogoh-ogohnya, melainkan salah satu ritual pada pangrupukan (sehari sebelum nyepi) yaitu tata cara membersihkan pekarangan rumah, dadia atau pura dan desa. 

Berfokus pada upacara pangrupukan atau pecaruan, di Bali pada umumnya dilaksanakan pada sore hari di Catus pata Desa/Kota, Catus Patha adalah perempatan Desa. Masing-masing desa punya Desa, Kala dan Patranya sendiri. Walaupun sama-sama berada di Bali, namun prosesi, tata cara hingga sesajen atau bantennya pun berbeda pada masing-masing desa. 

Ada yang menyelenggarakan pecaruan di Pura Dalem, ada yang mengadakan pecaruan di perempatan jalan desa. Secara umum pelaksanaannya di awali dengan persembahyangan bersama di pura dalem atau catus patha, kemudian semua warga "nunas" tirta dan api untuk dibawa pulang ke merajan atau rumah masing-masing. Api biasanya dibawa dengan membakar danyuh (daun kelapa yang sudah kering).

Saat sudah sampai di areal pekarangan rumah atau dadia ( biasanya ada rumah yang berada dalam satu lingkungan keluarga besar) dengan membawa tirta dan api tadi, di adakan penyambutan dengan bunyi-bunyian, entah itu memukul kentongan atau bunyi-bunyian. Tirta dipercikkan dan api dikibas-kibaskan, kemudian tanah dipukul menggunakan kayu, kentongan terus dibunyikan. Begitu sekelumit prosesi pangrupukan atau pecaruan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Tujuan dari upacara tersebut adalah mengusir roh jahat yang ada di rumah, dadia atau pura dan desa. 




Berbeda dengan prosesi pangrupukan atau pecaruan umumnya di Bali, di Desa Nagi Ubud ini mengadakan acara unik dalam upacara pegrupukan, acara tersebut adalah perang api atau perang gni dan boleh juga disebut dengan siat gni. 

Upacara ini dilaksanakan dengan mengarahkan atau mengacungkan api ke empat penjuru mata angin terlebih dahulu sambil berteriak lantang " bakar", nah setelah itu baru lah dimulai acara perang api tersebut. Perang api dilakukan dengan saling melempar danyuh (daun kelapa yang sudah kering) dan berisi api satu sama lainnya, tidak ada perasaan marah yang terlihat, tetapi semangat perayaan yang menjadi cerminan pada upacara tersebut.



Tujuan dari perang api adalah sebagai spesifikasi dari tujuan pangrupukan atau pecaruan sehari sebelum nyepi tersebut. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa tujuan dari upacara pangrupukan dan pecaruan adalah mengusir roh jahat yang berada di lingkungan rumah, dadia atau pura dan di desa, hal tersebut hanya mencakup lingkungan makrokosmos atau alam luas. Sedangkan spesifikasinya adalah mengusir roh jahat yang ada dalam pribadi masing-masing agar keesokan hari dan hari-hari selanjutnya umat dapat melangsungkan upacara Nyepi tanpa adanya pengaruh dari roh jahat tersebut, maka dari itu api diarahkan dan dilemparkan ke orang satu sama lainnya.

Dengan diadakannya perang api tersebut, diharapkan pengaruh roh jahat akan hilang dari dalam diri manusia. Sungguh unik bukan ritual warisan leluhur tersebut? Bagi kamu yang penasaran dengan upacara tersebut, silahkan saja berkunjung ke Desa Nagi Ubud, dan untuk mengetahui lokasinya, dapat kamu lihat pada peta di bawah ini:



Danau Batur- Menikmati pemandangan danau hingga sensasi mandi air panas dihadapan Gunung Batur



Danau Batur, Toya Devasya dan Resto Apung

Danau Batur- Berbicara tentang keindahan alam Bali memang tiada habis-habisnya, mengapa tidak, hampir disetiap sudut Bali menyimapan keindahan tersendiri. Ada yang sudah populer, ada juga yang baru muncul bahkan ada beberapa yang belum terekspose sama sekali tetapi memiliki potensi yang tidak kalah bagus juga jikalau dikembangkan dan dikelola dengan baik. Baru-baru ini Bali dinobatkan oleh Tripadvisor sebagai destinasi terbaik di Dunia. wow.. Dunia? membanggakan bukan?

Wisata Bali terkenal dengan wisata pantai, air terjun, dan wisata danau. Salah satu Danau yang ada di Kabupaten Bangli adalah Danau Batur. Danau ini berada tepat di kaki Gunung Batur. Sama seperti Danau BeratanDanau Buyan dan Tamblingan, Danau Batur juga memiliki hawa yang sejuk bahkan dingin karena terletak pada ketinggian 1.050 mdpl.

Kamu tahu apa danau yang terluas di Bali? jawabannya ya Danau Batur ini. Bagi kamu yang suka photograpi, mengabadikan keindahan Batur dari sisi sebelah mana saja tetap akan kelihatan indah. Sudah terluas, indah lagi tempatnya, membuat wisatawan lokal maupun asing berduyun-duyun kesini untuk menikmati langsung keindahannya.

Ketika berada di Danau Batur, aktivitas yang dapat kamu lakukan adalah duduk santai sambil menikmati danau atau Gunung Batur, berperahu melintasi danau dan yang punya hobi memancing, kamu juga dapat memancing di danau ini. 

Bagi kamu yang ingin mandi, tidak disarankan untuk mandi di air danau langsung, karena terkait tekstur tanah dan kedalaman yang belum dapat menjamin keselamatan kamu, tetapi kamu jangan khawatir, dekat Danau Batur yang tepatnya disebelah barat Gunung Batur ada tempat pemandian air panas, tempat tersebut bernama Toya Devasya.

Toya Devasya Natural Hotspring & Camping Resort 
Foto: imgrum.net


Mandi di air panas tetapi tetap merasakan sejuknya udara sekitar sembari menatap indahnya Gunung Batur. Menarik bukan? Hal tersebut dapat kamu lakukan di Toya Devasya Natural Hotspring & Resort bersama keluarga, teman atau si dia yang terkasih. 

Air panas ini bersumber langsung dari kaki Gunung Batur sendiri sehingga menjadikan airnya tidak berbau. Terdapat dua buah kolam, namun kolam yang paling favorit adalah kolam yang berdekatan dengan Gunung Batur, biasanya para pengunjung lebih tertarik untuk mengabadikan moment kunjungan mereka dengan berfoto dan memilih kolam yang lebih dekat dengan gunung sebagai spot berfotonya. 

Rasanya berendam berlama-lama membuat kamu akan semakin betah berada disini, karena hangatnya air dan indahnya suasana memang sangat memanjakanmu. Tempat ini juga sangat tepat untuk melepas segala kepenatan akibat aktivitas harian, entah itu dikantor, dirumah, masalah sekolah dengan segala tugas dan ekstrakulikulernya. 

Setelah kamu puas berendam, dan perut mulai merasa lapar tetapi mata kamu masih ingin dimanjakan oleh pemandangan danau dan Gunung Batur, maka carilah tempat makan yang dikonsep dengan unik pula, yaitu Resto Apung.

Resto Apung


Foto: Water-sport-bali.com


Berjarak sekitar 15 menit dari Toya Devasya, ada sebuah restoran dengan konsep unik. Restoran tersebut bernama Resto Apung. Sensasi yang ditawarkan adalah suasana makannya. Ya ibarat makan di atas perahu, goyang-goyang gimana gitu tetapi goyangannya tidak sekeras ketika kamu berada di lautan karena kondisi Danau Beratan yang relatif tenang. Biasanya menyantap makanan di daerah yang sejuk akan terasa lebih nikmat dibanding di tempat yang biasa. Jadi semakin mengesankan bukan? Makan dapat, unik dapat, viewnya juga dapat. Lengkap rasanya jika kamu mengunjungi tempat ini sebagai tempat tujuan wisatamu ketika berlibur ke Bali.

Dua desa unik yang dekat dengan tempat ini adalah Desa Trunyan dan Desa Penglipuran, namun Desa yang paling dekat adalah Desa Trunyan, yaitu sekitar 7 menit dari Toya Devasya. Waktu tempuh yang diperlukan dari Kota Denpasar Menuju Danau Batur kurang lebih sekitar 2 jam.  Danau Batur terletak di Desa Songan, Kintamani, Bangli. Jika kamu berminat untuk mengunjungi Danau Batur ini, bisa di cek pada peta di bawah ini sebagai penunjuk arahnya:


Saturday, 22 July 2017

11 Hal unik yang kamu temui saat berlibur ke Bali



11 Keunikan Bali


Hal unik di Bali-Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, keunikan tersebut bahkan dapat menjadi daya tarik dan memiliki nilai wisata tinggi, tidak terkecuali keunikan di Pulau Dewata Bali. Ketika kamu berkunjung ke Bali, kamu akan menemukan keunikan-keunikan seperti yang akan di bahas di bawah ini.

1. Upacara Nyekar atau kemah masal di Desa Kerobokan Singaraja



Foto: bali-travelnews.com


Upacara unik yang jarang terekspose adalah upacara tahunan yang diselenggarakan pada purnama kapat di Desa Kerobokan Singaraja. Upacara ini dilaksanakan di Pantai Kerobokan Singaraja dan dilaksanakan oleh tiga Desa Pakraman yaitu Desa Adat Kerobokan, Desa Adat Keloncing dan Desa Adat Sinabun. Tujuan dari upacara ini adalah mengaturkan pakelem dan melakukan persembahyangan bersama ke hadapan Idha Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Baruna agar kita sebagai umat beragama diberikan keselamatan dan kedamaian dalam menjalani hidup masing-masing. Upacara tersebut bernama "Nyekar", Nyekar berasal dari kata "sekar" yang artinya bunga. Berbagai versi menyebutkan bahwa sekar tersebut dalam arti menyembah Tuhan menggunakan sarana bunga, namun ada juga yang menyebutkan bahwa jatuhnya hari raya Nyekar tersebut dicirikan dengan berbunganya pohon "Kepah" yang berada di setra Desa Adat Kerobokan.

Upacara Nyekar ini dilaksanakan pada malam hari, jadi warga desa biasanya bermalam di pantai guna mengikuti prosesi upacara ini hingga pagi. Kegiatan tersebut biasanya dimulai dari persiapan warga desa menyiapkan peralatan kemah, seperti bambu, tali dan kain atau terpal. Sore hari akan terlihat lalu lintas menuju Pantai Kerobokan agak sedikit ramai karena hampir semua warga Desa Adat Kerobokan, Desa Adat Keloncing dan Desa Adat Sinabun yang merantau pulang kampung untuk mengikuti upacara ini. 

Setelah warga selesai membangun kemahnya masing-masing, biasanya mereka tidak langsung pulang, tetapi masih ingin bersantai-santai sambil menikmati keindahan Pantai Kerobokan dan kalau cuaca mendukung, mereka akan menunggu hingga datangnya sunset.

Kemah masal yang didirikan tersebut berfungsi sebagai tempat beristirahat sejenak sambil menunggu tahapan-tahapan upacara Nyekar tersebut dan kegiatan kemah masal ini juga digunakan sebagai ajang rekreasi keluarga, dan ajang temu kangen bagi sanak keluarga yang merantau.

Bulan purnama akan menjadi pemandangan yang mengesankan saat upacara dan perkemahan masal tersebut, deburan ombak dan api unggun juga menjadi penambah kesan kegiatan tahunan tersebut. Unik dan mengesankan bukan?

2. Tari Kecak di Pura Uluwatu





Kecak adalah salah satu tarian khas Bali. Tari Kecak biasanya dipentaskan hanya di Pura Uluwatu saja. Tema Tari Kecak adalah tentang Ramayana, yaitu kisah Rama, Sintha, Rahwana dan Hanuman. Dalam kisah Ramayana, Dewi Sintha dibawa kabur oleh Rahwana, kemudian Sang Rama mengutus Hanuman untuk menengok istri tercintanya tersebut. Ketika Hanuman berada di istana Rahwana, yaitu di Alengka Pura, Hanuman yang dibakar ekornya meloncat kesana kemari untuk membakar Alengka Pura sehingga dalam Tari Kecak ini berisi atraksi penari Hanuman menendang api. 

Panggung terbuka dibuat di Pura Uluwatu yang posisinya tinggi di atas permukaan laut. Pementasan biasanya dimulai saat pukul 18:00 Wita agar bertepatan dengan indahnya sunset sehingga pengunjung dapat menikmati dua view yaitu Tari Kecak itu sendiri dan indahnya sunset. 

Bagi kamu yang ingin menyaksikan Tari Kecak ini, carilah tempat duduk di bagian tengah agar tidak terlalu dekat dengan penari dan tidak jauh juga dengan penari berhubung biasanya ada atraksi sang Hanuman bermain api. 

3. Omed-omedan atau ciuman masal di Bali



Foto: infobudayabali.com

Hal unik satu ini hanya ada di Banjar Kaja Sesetan Denpasar. Bagi kamu yang ingin menyaksikan keunikan acara ini, datanglah tepat sehari setelah Hari Raya Nyepi. Omed-omedan berasal dari kata "omed" yang artinya tarik. Sedangkan Omed-omedan berarti saling tarik menarik satu sama lainnya. Omed-omedan sering disebut juga ciuman masal bagi muda-mudi Banjar Kaja Sesetan. Budaya ini bukan merupakan aksi pornografi, karen didasari oleh niatan untuk melestarikan budaya warisan leluhur dan melakukan atau mengormati titah raja kala itu. Sebelum memulai acara ini, biasanya peserta akan melaksanakan persembahyangan bersama untuk memohon keselamatan kepada Sang Pencipta agar acara ini berjalan dengan lancar. 

Omed-omedan ini berawal ketika Sang Raja kala itu sedang sakit keras, bahkan tabib istana dan tabib lainnyapun tidak dapat menyembuhkan sakitnya. Bertepatan pada Hari Raya Nyepi terjadi kegaduhan di dalam Puri, Kegaduhan tersebut karena ada yang sedang omed-omedan atau tarik-tarikan. Kegaduhan tersebut membuat Sang Raja Marah dan tiba-tiba tanpa disadari Beliau dapat bangun dengan maksud untuk menghentikan kegaduhan tersebut. Setelah Beliau sadar diri kalau Beliau dapat bangun dengan tiba-tiba, maka Sang Raja menjadi senang kemudian mengeluarkan titah agar kegiatan omed-omedan tersebut diadakan setiap tahun sekali. 

Untuk menghormati titah Sang Raja, maka omed-omedan diselenggarakan terus menerus tiap tahunnya, bahkan untuk menarik wisatawan maka diubah konsepnya menjadi sebuah festival tahunan yang meriah.  Bagaimana, apakah kamu berminat untuk menyaksikan omed-omedan tersebut?

4. Penjor disetiap rumah penduduk saat Hari Raya Galungan




Penahkah kamu berkunjung ke Bali saat Hari Raya Galungan? Kalau pernah, kamu pasti akan menemukan suatu hal yang unik dan hanya ada di Bali. Yaps.. benar sekali hanya ada di Bali. Hari Raya Galungan adalah hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Dharma adalah kebajikan dan Adharma adalah kebalikannya. Untuk memperingati hari tersebut semua umat Hindhu di Bali memasang penjor di depan rumah mereka.

Hari Raya Galungan sama halnya dengan Hari Raya Diwali-festival cahaya, adalah perayaan terbesar bagi umat Hindu di India dan Diwali tersebut adalah perayaan kemenangan terang yang melambangkan kebaikan, pencerahan mengatasi kejahatan atau kebodohan. 


Saat Hari Raya Galungan ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi Desa Wisata Penglipuran. Mengapa demikian? Karena Keindahan Desa Penglipuran akan semakin terasa saat Hari Raya Galungan ini. Seperti yang dikatakan tadi, tidak hanya di Desa Penglipuran saja penjor dipasang, tetapi penjor dipasang disemua tempat di Bali. 

Di daerah lain seperti Palangka Raya, penjor hanya digunakan saat ada upacara pernikahan saja. biasanya dipasang didepan jalan menuju lokasi pernikahan, karena penjor hanya digunakan sebagai "tanda" bahwa di tempat tersebut sedang ada pesta pernikahan dan sekalian sebagai "penunjuk" lokasi pernikahan. 

5. Festival Ogoh-ogoh




Foto: arikblogaddress.blogspot.com

Wujud Raksasa yang diarak keliling kota dan ada berbagai karakter yang dibuat sebagai perwujudannya hanya ada di Bali. Perwujudan itu bernama Ogoh-ogoh. 

Ogoh-ogoh sebagai lambang sifat-sifat jahat seperti raksasa, amarah, kebencian dan sifat jahat lainnya. Ogoh-ogoh juga diperlombakan untuk menggali seni dan kreatifitas masyarakat Bali dan mendorong masyarakat untuk berkreasi dalam budaya.  Saat diarak keliling kota atau desa, ogoh-ogoh diiringi oleh gambelan beleganjur, bahkan ada diisi tarian sebagai pelengkapnya.

Bahan yang digunakan ada berupa kertas dan bambu, ada juga yang menggunakan styrofoam. Disarankan agar mengindari menggunakan styrofoam karena tidak ramah lingkungan. 

Setelah selesai diarak dan dinilai, maka ogoh-ogoh akan dibawa ke kuburan untuk dibakar. mengapa dibakar setelah menghabiskan biaya dan tenaga yang tidak sedikit? ya karena untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk memusnahkan sifat-sifat raksasa dalam diri kita agar dapat melaksanakan kehidupan dengan lebih Baik lagi. 

Festival ogoh-ogoh ini dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi, atau tepat saat Hari pengrupukan atau pecaruan. Dalam Hindhu, upacara pecaruan adalah mensomya atau melebur sifat-sifat Bhuta atau raksasa menjadi sifat-sifat Dewa. 

6. Nyepi





Foto: indonesia.travel

Ingin melihat suasana kota mati di jaman modern ini? Maka berkunjunglah ke Bali, karena hanya di Bali satu-satunya daerahnya menjadi mati saat Hari Raya Nyepi. Sehari menjadi kota mati, sehari tanpa kebisingan, tanpa penerangan dan tanpa aktivitas dijalanan. Begitulah Hari Raya Nyepi di Bali. Sesuai dengan namanya "Nyepi" yaitu sepi, hening, tenang dan damai. 

Bagi kamu yang rindu ketenangan, maka tidak ada salahnya ikut melaksanakan Hari Raya Nyepi di Bali. Bagi kamu yang menginginkannya, maka kamu harus berada di Bali sebelum Hari Raya Nyepi, karena pada hari Raya Nyepi, semua penerbangan dan kapal laut yang menuju Bali akan dihentikan alias ditutup sementara. 

Untuk mengetahui lebih banyak tentang Nyepi, Baca : Nyepi- Bali tanpa polusi dan hemat energi dalam sehari

Dapat kamu bayangkan, dijaman modern seperti sekarang ini, kamu akan terasa berada di jaman dahulu dimana kehidupan tanpa listrik, aktivitas terbatas, tanpa kebisingan dan polusi dalam sehari. Unik dan menarik bukan?

7. Geret Pandan di Desa Tenganan






Orang berperang biasanya menggunakan senapan atau senjata tajam, nah di Desa Tenganan Karangasem memiliki tradisi berperang yang unik, yaitu perang menggunakan pandan. Tradisi Perang Pandan ini dipercaya sebagai penghormatan terhadap dewa perang yaitu Dewa Indra. 

Acara ini diselenggarakan bertepatan dengan Ngusaba Kapat atau Ngusaba Sembah. Sasaran yang dituju pada perang ini adalah punggung lawan. Pakaian yang digunakan adalah kamen yang terbuat dari kain tenun khas pegringsingan dan udeng. Alat perang yang digunakan adalah pandan berduri dan tameng sebagai pelindung atau alat menangkis serangan lawan. 

Nama lain dari perang pandan adalah geret pandan atau mekare-kare. Acara mekare-kare ini dilaksanakan pada pukul 2 sore hingga selesai di Balai Desa Tenganan. 

Sebelum dilaksanakannya perang padan ini, masyarakat bersembahyang terlebih dahulu agar acara ini dapat berjalan dengan lancar. Ada makna penting yang terselip dalam perang padan ini. 


Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang menyaksikan acara tahunan ini, bahkan mereka ikut juga dalam perang pandan ini secara langsung.

8. Penguburan jenazah yang unik di Desa Trunyan





Foto: tunaspisang.blogspot.com
Tidak seperti pemakaman-pemakaman pada umumnya di Bali atau di daerah lainnya karena mayat hanya dibaringkan di atas tanah dan dipagari dengan anyaman bambu yang bernama ancak saji. Walaupun ditaruh begitu saja, namun mayat tersebut tidak menimbulkan bau busuk sedikitpun baik dari jauh atau saat kamu dekati sekalipun. unik bukan? Pemakaman unik ini hanya ada satu-satunya di Bali yaitu di Desa Trunyan. 

Desa Trunyan adalah desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Trunyan merupakan salah satu desa Bali Aga. Desa Bali Aga umumnya desa yang menjalankan dan memegang teguh tradisi yang bersifat tradisional ditengah perkembangan jaman modern ini. 

Cara pemakaman unik ini ternyata ada penyebabnya walaupun disebutkan dalam berbagai versi. Hal yang membuat bau tidak sedap pada mayat menjadi netral adalah pohon menyan yang ada di kuburan tersebut. 

Untuk lebih lengkapnya, dapat kamu baca : Desa Trunyan-Uniknya pemakaman hingga netralnya bau busuk mayat.


9. Kesurupan atau trance saat upacara agama di Bali





Foto: perpussemesta.wordpress.com


Umumnya upacara di Bali dikaitkan dengan kesurupan atau trance, namun tidak semua upacara di Bali sperti itu. Saat terjadi trance tersebut, dipercaya adanya roh leluhur atau roh Dewa yang masuk ke dalam tubuh manusia tersebut untuk menyampaiak pesannya langsung. 

Secara logis tubuh manusia cenderung akan terluka jika tertusuk oleh senjata tajam, namun karena ada kekuatan lain diluar manusia, maka kulit manusia yang mengalami trance tersebut menjadi tahan terhadap tusukan dan irisan benda tajam. 

Dengan adanya trance tersebut, berarti upacara yang dilaksanakan menjadi lebih "metaksu", artinya umat dapat merasakan kehadiran Tuhan ataupun leluhur dalam pelaksanaan upaca tersebut. 

Tidak sembarangan orang dapat mengalami trance tersebut, hanya orang-orang yang Beliau pilihlah yang mengalaminya. Susah memang kalau dinalarkan, begitu juga kepercayaan masing-masing individu yang berbeda sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap trance ini.


10. Ngaben






Bagi umat Hindhu, penghormatan terakhir bagi leluhur atau orang tua yang telah meninggal dunia adalah dengan upacara Ngaben. Ngaben bisa dikatakan kewajiban sang anak atau keturunannya terhadap orang tua atau leluhurnya agar secara Hindhu, mereka dapat mencapai pembebasan dari ikatan duniawi untuk menjalani tahap selanjutnya yaitu peradilan atas perbuatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia ini.

Ngaben tidak serta merta membuat roh leluhur menjadi suci, atau bebas dari hukum karma atas perbuatan mereka tetapi ngaben hanya sebagai media atau sarana untuk mendoakan leluhur mendapatkan tempat sesuai amal ibadahnya.

Ngaben terdiri dari wadah dan lembu, wadah tersebut sama dengan tempat menaruh mayat ketika akan dibawa ke kuburan, sedangkan lembu digunakan sebagai tempat untuk membakar mayat atau tulang manusia itu sendiri. Lembu secara mitologi dipercaya untuk mengantarkan roh manusia menuju Sang Pencipta. lembu sebagai kendaraan suci Sang Maha Pelebur yaitu Shiva. 

Setelah mayat atau tulang dibakar, maka abunya akan dihanyutkan ke laut. Sesuai dengan konsep Panca Maha Butha, yaitu 5 unsur pembentuk tubuh manusia, yang berasal dari api dikembalikan ke api, yang berasal dari tanah dikembalikan ke tanah, yang berasal dari air dikembalikan ke air, yang berasal dari udara dikembalikan ke udara dan yang berasal dari ruang kosong dikembalikan ke ruang kosong. 

Upacara ngaben yang terkenal adalah upacara ngaben keluarga Kerajaan Ubud. Saat berlangsungnya upacara ngaben tersebut, banyak wisatawan asing yang ikut serta menyaksikannya.

11. Festival Layangan


Foto: freemagz.com

Layangan tidak hanya digemari oleh anak-anak saja, tetapi layangan digemari oleh orang dewasa juga. Di Bali malahan diadakan sebuah festival untuk lomba layangan, disebut dengan Bali Kite Festival. Festival ini diselenggarakan setahun sekali di pantai padang Galak, Sanur, Bali.

Ratusan bahkan ribuan layangan diperlombakan disini. Ukuran layangannya pun bermacam-macam, ada yang kecil sampai yang terbesar. Begitu juga bentuk dan desain dari masing-masing layangan, sungguh unik dan kadang dapat mengundang decak kagum dan tawa penontonnya. Peserta festival ini umumnya berkelompok, dimana dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang, tergantung juga besar kecilnya layangan tersebut.

Festival ini biasanya diselenggarakan pada bulan Juli-Agustus, karena pada bulan-bulan tersebutangin diperkirakan sangat mendukung untuk festival ini. bagi kamu yang ingin menyaksikannya, harus siap dengan cuaca panas di sekitar pantai. Sediakan payung atau alat pelindung lain agar kamu dapat menyaksikan festival ini dengan nyaman.

Demikian hal unik yang dapat kamu temui saat kamu berkunjung ke Bali, kalau ada hal unik lainnya, silahkan dapat kamu tambahkan melalui komentar di bawah.



Wednesday, 19 July 2017

Nyepi- Bali tanpa polusi dan hemat energi dalam sehari

Bali jadi kota mati saat nyepi

Nyepi di Bali

Nyepi-Berlibur ke Bali jangan hanya ingin melihat pantai, air terjun, dan pemandangan alam lainnya saja. Coba kamu amati budaya dan tradisinya, pasti kamu akan merasakan keunikan dibalik perayaan itu semua.

Budaya Bali memang sangat unik. Budaya yang bercampur dengan agama menjadikan Hindu di Bali berbasis agama budaya. Banyak hal positif yang dihasilkan akibat Budaya Bali ini. Salah satu ritual keagamaan di Bali sebagai perayaan pergantian tahun Bali adalah Hari Raya Nyepi. Kata Nyepi sendiri artinya sepi, hening, tenang dan damai. Sesuai dengan artinya, kondisi Bali juga dibuat sepi, hening, tenang dan damai.

Catur Bratha Penyepian

Perayaan tahun baru saka ini bertujuan untuk merubah pola hidup manusia menjadi lebih baik dengan melaksanakan catur bratha penyepian. Catur Bratha memiliki dua suku kata yaitu "catur" artinya empat dan "bratha" artinya larangan, jadi catur bratha adalah empat larangan yang harus dilakukan saat merayakan Nyepi. 

Keempat catur bratha tersebut adalah "amati gni" yang artinya tidak boleh menyalakan api; api yang dimaksud adalah api dalam makrokosmos adalah api yang bersumber dari bahan bakar dan juga api dalam artian energi listrik. Sedangkan api dalam mikrokosmos adalah api emosi manusia. Yang kedua adalah "amati karya" yang artinya dilarang untuk bekerja. Yang ke tiga adalah "amati lelanguan" yang artinya dilarang untuk bersenang-senang, dan yang terakhir adalah "amati lelungan" yang artinya dilarang untuk bepergian.


Melasti,
Foto: fenomagz.com

Melasti

Seminggu sebelum Hari Raya Nyepi, dilaksanakan upacara melasti, dengan tujuan untuk membersihkan segala atribut-atribut keagamaan di laut. Bagi daerah yang jauh dari laut, dapat melaksanakan upacara melasti ini di danau. Biasanya upacara melasti ini dilaksanakan dengan berjalan kaki dari rumah penduduk atau Pura Desa/Bale Agung/Puseh menuju laut bersama-sama. Semakin jauh jarak dari pura menuju laut, semakin lama pula waktu yang diperlukan agar sampai di laut. Sesampai di laut, umat menuju air laut dan mencelupkan semua atribut keagamaan tersebut lalu di upacarai lagi dengan melakukan persembahyangan bersama di pantai.



Ogoh-ogoh,
Foto: arikblogaddress.blogspot.com

Hari Raya Nyepi dilaksanakan pada purwani tilem kesanga ( sehari setelah tilem ke sanga). Sedangkan pada tilem kesanga, diadakan upacara pengrupukan dan umumnya dibarengi dengan festival ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh sendiri adalah perlambang Bhuta Kala atau roh jahat yang ada di Bumi ini. Berbagai macam bentuk ogoh-ogoh yang dibuat oleh muda-mudi Bali untuk diperlombakan. Unsur seni juga dikedepankan dalam festival tahunan ini, karena memang Bali identik dengan seni. Setelah selesai di arak keliling desa atau kota, maka ogoh-ogoh tersebut akan di bakar di kuburan, sebagai simbol bahwa roh jahat atau Bhuta Kala yang ada di Dunia dan diri kita sudah dilebur.

Sudah banyak wisatawan asing yang mengikuti semua ritual Nyepi ini, mulai dari melasti hingga Penyepian. Mengikuti disini dalam artian melihat perayaannya secara langsung serta mengabadikannya. Karena mereka penasaran dengan Budaya di Bali yang sudah barang tentu di negara mereka tidak ada. 

Filosofinya sebenarnya semua mengarah terhadap perbaikan diri manusia, namun memang seperti biasa, Bali kaya akan simbol-simbol sebagai petunjuk dalam menjalankan kehidupan ini yang menuntut untuk digali. 

Catur Bratha Penyepian tadi sebagai dasar dan pegangan masyarakat dalam perayaan Nyepi, sehingga tepat mulai pukul 06:00 Wita sampai 06:00 Wita keesokan harinya, semua aktivitas di Bali terhenti dan Bali seakan menjadi kota mati dalam sehari. Tidak ada orang satupun yang terlihat melintas di jalan-jalan, tidak ada kendaraan yang lalu lalang, bahkan aktivitas penerbangan juga dihentikan. Bisa kamu bayangkan berapa energi yang dapat dihemat dengan penghentian pemakaian listrik selama sehari, penghentian penggunaan energi dalam sehari. Polusi yang ditimbulkan oleh aktivitas kendaraan juga berkurang dalam sehari, polusi suara karena kebisingan juga tidak ada. Dengan kata lain, melalui Hari Raya Nyepi ini, Warga Bali sudah membantu pemerintah Indonesia dalam memangkas beban listrik negara. 

Tanpa kita sadari, leluhur orang Bali memang telah merancang sistem yang bertujuan positif melalui suatu upacara, tata letak bangunan, bentuk bangunan, dan salah satu wujud niat baik leluhur orang Bali dapat kita lihat dari Makna Pura Lempuyang. Bersyukur juga masyarakat Bali hingga sampai saat ini masih menerapkan warisan leluhurnya dan berharap dapat diteruskan secara turun temurun. 

Sehari setelah Hari Raya Nyepi dinamakan ngembak gni atau ngembak api. artinya ngembak api disini adalah memisahkan api ( api dalam konteks amarah, emosi, kebencian) dengan cara saling bermaafan satu sama lain, saling mengunjungi sanak saudara. dengan diembakkannya gni atau api tersebut, maka rasa panaspun akan hilang, panas dalam konteks kebencian tadi. 



Desa Trunyan-Uniknya pemakaman hingga netralnya bau busuk mayat

Tengkorak di kuburan Desa Trunyan,
Foto: sales-sandiegohill.com

Desa Trunyan dan Keunikan Pemakaman


Desa Trunyan-Bali memiliki tradisi yang unik, dengan keunikannya membuat Bali begitu dikenal di penjuru Dunia. Kepopuleran Bali mengalahkan nama Indonesia sendiri, bahkan orang asing tidak mengetahui kalau Bali merupakan bagian dari Indonesia. 

Yap.. unik, adat dan tradisi Bali memang unik, dikemas sedemikian rupa hingga menjadi daya tarik tersendiri. Namun salah satu desa kuno di Bali tidak dengan sengaja mengemas budaya tersebut agar menjadi seperti sekarang, tetapi karena situasi yang menuntut agar kondisi ini terjadi.

Pohon Taru

Salah satu desa kuno ( desa kuno di Bali biasa disebut Desa Bali Aga) yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yaitu Desa Trunyan. Desa trunyan terkenal dengan sistem penguburan jenazah masyarakatnya. Bagi kebanyakan orang, jenazah seseorang akan di kebumikan atau dikremasi dan di aben kalau secara umat Hindu umumnya. 



Pohon Menyan,
Foto: vacationbaliindonesia.com

Penguburan unik ini yaitu dengan meletakkan mayat begitu saja tanpa dikuburkan dan hanya dikelilingi oleh pagar ancak agar mayat tersebut tidak diganggu oleh binatang. Hal ini berawal dari adanya pohon yang dulu konon wanginya sangat harum, sampai-sampai harumnya sangat menyengat dan bahkan dapat membuat orang sakit kepala menciumnya dan parahnya lagi dapat membuat kematian karena sesak nafas. Pohon itu bernama pohon taru menyan. Berasal dari dua kata, yaitu " taru" yang artinya pohon, dan "Menyan" yang artinya wangi. jadi taru menyan adalah pohon yang mengeluarkan bau wangi atau harum.

Untuk menetralisir bau harum tersebut, maka bau busuklah yang harus digunakan. Sejak saat itu maka mayat masyarakat di sana tidak dimakamkan dan diletakkan begitu saja agar bau busuk mayat dapat menetralisir bau harum pohon taru tersebut.

Ada versi lain yang mengatakan bahwa bau harum akibat pohon menyan tersebut tercium sampai ke Solo. Akhirnya empat bersaudara dari Kerajaan Solo mencari sumber bau tersebut. Sampailah hingga di Desa ini, dan menemukan sumber bau tersebut dari Taru Menyan. Pohon itu adalah sebagai tempat dari Dewi yang sangat cantik yang membuat si sulung dari empat bersaudara yang berasal dari Kerajaan Solo itu jatuh cinta. Kemudian mereka menikah dan mendirikan kerajaan kecil. Karena takut kerajaannya diserang akibat sumber harum dari pohon menyan tersebut, maka sang raja memerintahkan penduduk untuk tidak mengubur mayat orang yang telah meninggal dan hanya menyandarkannya di tanah.

Semae Wayah dan Seme Cerik

Tempat penguburan mayat bagi masyarakat Bali bernama seme. Di Desa Trunyan ada dua seme yaitu seme wayah dan seme cerik. Perjalanan menuju seme wayah dapat melewati dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur danau. Jalur darat memakan waktu tempuh sekitar 45 menit melewati Desa Penelokan sedangkan jalur danau juga ada dua jalur yaitu melalui pelabuhan kedisan dan memakan waktu 45 menit juga sedangkan melalui desa trunyan hanya memakan waktu sekitar 15 menit saja. Terserah kamu mau pakai jalur yang mana saja namun yang saya rekomendasikan agar lebih cepat pakai jalur danau lewat desa trunyan saja. 



Sema wayah Desa Trunyan,
Foto: tunaspisang.blogspot.co.id
Ketika kamu baru sampai di seme wayah, kamu akan melihat mayat-mayat yang hanya didindingi oleh anyaman bambu dan mayat yang sudah jadi tengkorak, maka tengkoraknya akan dijejerkan di suatu tempat. Wisatawan di perbolehkan untuk melihat dan bahkan menyentuh tengkorak tersebut tetapi dilarang untuk mengambil atau memindahkannya ke tempat lain. Ada beberapa wisatawan yang berfoto-foto sambil memegang tengkorak manusia dengan tujuan untuk mengabadikan moment kunjungan mereka ke Desa Trunyan. Berbeda dengan seme cerik, seme cerik diperuntukkan bagi orang yang meninggalnya secara tidak wajar seperti kecelakaan, bunuh diri atau dibunuh. 


Orang baru diletakkan di Sema Wayah,
Foto: kintamani.id
Bagi kamu yang beruntung, kamu akan melihat mayat yang baru saja diletakkan di seme tersebut. Penasaran ingin melihat secara langsung keunikan dari Desa Trunyan ini? tapi bagi kamu yang takut untuk mengunjunginya, masih ada desa wisata lain yang terdekat dengan Desa Trunyan yang menawarkan tentang ketradisionalan yang masih tetap dipertahankan di era modern seperti sekarang ini. Desa yang sangat rapi dan bersih akan membuat kamu betah di sana, desa tersebut adalah Desa Penglipuran. Bagi yang penasaran silahkan lihat peta di bawah ini sebagai penunjuk arah menuju Desa Trunyan:

Lokasi Desa Trunyan

Tuesday, 4 July 2017

Desa Jatiluwih- Keindahan sawah yang memikat hati Obama


Desa Jatiluwih saat pagi hari

Desa Jatiluwih dan keindahan terasering 


Desa Jatiluwih-Saat berkunjung ke Tabanan, saya sempatkan mampir di Desa Jatiluwih, Jalan menuju ke Desa Jatiluwih tempat ini telah diperbaiki sehingga bagi kamu yang ingin menggunakan sepeda motor dapat masuk melalui Desa Pacung dan pergi ke Jatiluwih dan juga dari sisi barat dari Pura Batukaru menuju Jatiluwih. Nama daerah yang memiliki dua suku kata yaitu dari kata “ Jati “ dan “Luwih” yang berarti benar-benar bagus, indah, tepat.

Diperkirakan jarak tempuh menuju Desa Jatiluwih dari tempat wisata Bali yaitu Kuta adalah sekitar 1 jam perjalanan.Sekarang tergantung berapa lama kamu mampir ditempat lain atau di objek wisata lain yang sejalur dengan objek wisata ini.  Beberapa obyek wisata di Bali lainnya yang dapat kamu kunjungi dalam perjalanan seperti Taman Ayun, Danau Beratan, Tanah Lot dan lain-lain. 

Desa yang berada di dataran Gunung Batu Karu, menyebabkan tempat ini sangat sejuk. Kawasan sawah bertingkat dan  berundak merupakan ciri dari sebagian besar daerahnya dan sawah dengan bentuk berudak atau bertingkat disebut dengan sawah terasering. Tujuan dibuat sawah terasering adalah agar aliran air dapat turun dari atas sawah puncak ke sawah terbawah, dan memang sifat alami air mengalir dari atas ke bawah, serta agar tanah bisa tertahan dari longsor. Luas daerah Desa Jatiluwih inisekitar 636 hektar dan semua dari luas tersebut adalah  sawah terasering, jadi desa ini merupakan kawasan terbesar yang memiliki pemandangan sawah terasering di Bali. 

Sawah Desa Jatiluwih dilihat dari dataran tinggi
Desa Jatiluwih adalah salah satu desa di Kabupaten Tabanan, terletak di daerah Penebel, yang terletak pada ketinggian kira-kira 800 meter diatas permukaan air laut, adalah daerah yang terkenal dengan panorama sawah terasering. Anda akan selalu ditemani oleh udara sejuk sambil menikmati pemandangan alam yang hijau dan asri.

Ketika melewati  areal persawahan, kita dapat menjumpai sungai-sungai kecil dan kicauan burung-burung. Suasana seperti ini akan sangat bisa kita temui dipagi hari dan memang pagi harilah sebenarnya waktu yang tepat saat berada di areal persawahan. 

Persiapkan bekal kamu ketika berkunjung kesini, atau kamu dapat membeli makanan di sekitar areal persawahan ini. Kenapa disarankan untuk membawa makanan, karena pada umumnya ketika berada di areal persawahan, kita lebih cenderung mudah lapar. Menikmati makanan ditengah udara yang sejuk dan pemandangan yang indah membuat kamu akan semakin berkesan berada di Desa Jatiluwih ini. 


Obama dan keluarga di Desa Jatiluwih,
Foto: nasional.tempo.co

Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan keluarga berlibur ke Bali dan ternyata pergi ke lokasi wisata Jatiluwih dan Obama sendiri kagum dengan keindahan panorama persawahan tersebut.

Apa yang membuat Obama menyukai Jatiluwih? Negara luar sampai berinvestasi ke Indonesia agar hutan indonesia tetap terjaga, karena polusi di Bumi ini sudah sangat tinggi, Desa wisata di Tabanan, Bali ini memang istimewa dan menawan sehingga UNESCO menobatkan daerah wisata ini sebagai salah satu warisan Dunia. Semakin banyaknya tumbuhan yang masih terjaga, maka produksi oksigen juga semakin baik, sehingga Obama berharap agar kawasan hijau tetap dipertahankan. 

Sistem pengairan yang terkenal di Bali adalah Subak. Sistem ini membuat aliran irigasi sendiri untuk di distribusikan ke sawah-sawah penduduk. Sumber air berasal dari pegunungan dan sudah terintegrasi berapa debit air yang akan di alirkan ke masing-masing sawah sesuai uang yang dibayarkan ke kas subak itu sendiri. Begitu pula di Desa Jatiluwih ini terkait dengan subaknya. 

Semoga pemerintah dapat mencarikan solusi akibat masivnya pembangunan di Bali ini, karena semakin banyak bangunan, maka subak yang menjadi kebanggan Bali perlahan akan mulai punah. Beras yang dulu kita bisa berlimpah, mungkin akan didatangkan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bali. Begitu juga keperluan untuk beryadnya akan didatangkan dari luar Bali juga, sudah bisa ditebak akan terjadi peningkatan harga barang karena terkait biaya produksi dan biaya pengiriman.

Selain di kawasan desa Jatiluwih Tabanan Bali, objek wisata dengan sawah bertingkat dan berundak juga terdapat di Ubud. Tempat wisata di Ubud tersebut tepatnya berada di Desa Tegalalang. Biasanya wisatawan setelah selesai ke objek wisata Kintamani, pasti akan menyempatkan untuk singgah untuk memanjakan mata dengan nuansa hijau dan sejuk di desa Tegalalang Ubud. Bahkan Obama sendiri sebelum ke Jatiluwih, mampir dulu ke Ubud untuk menyaksikan suasana alam yang indah tersebut.

Jika kamu ingin berkunjung ke Jatiluwih dan belum mengetahui lokasinya, dapat menggunakan peta di bawah ini untuk menujukkan arahnya: 

Lokasi Desa Jatiluwih