11 Keunikan Bali
Hal unik di Bali-Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri, keunikan tersebut bahkan dapat menjadi daya tarik dan memiliki nilai wisata tinggi, tidak terkecuali keunikan di Pulau Dewata Bali. Ketika kamu berkunjung ke Bali, kamu akan menemukan keunikan-keunikan seperti yang akan di bahas di bawah ini.
1. Upacara Nyekar atau kemah masal di Desa Kerobokan Singaraja
|
Foto: bali-travelnews.com |
Upacara unik yang jarang terekspose adalah upacara tahunan yang diselenggarakan pada purnama kapat di Desa Kerobokan Singaraja. Upacara ini dilaksanakan di Pantai Kerobokan Singaraja dan dilaksanakan oleh tiga Desa Pakraman yaitu Desa Adat Kerobokan, Desa Adat Keloncing dan Desa Adat Sinabun. Tujuan dari upacara ini adalah mengaturkan pakelem dan melakukan persembahyangan bersama ke hadapan Idha Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Baruna agar kita sebagai umat beragama diberikan keselamatan dan kedamaian dalam menjalani hidup masing-masing. Upacara tersebut bernama "Nyekar", Nyekar berasal dari kata "sekar" yang artinya bunga. Berbagai versi menyebutkan bahwa sekar tersebut dalam arti menyembah Tuhan menggunakan sarana bunga, namun ada juga yang menyebutkan bahwa jatuhnya hari raya Nyekar tersebut dicirikan dengan berbunganya pohon "Kepah" yang berada di setra Desa Adat Kerobokan.
Upacara Nyekar ini dilaksanakan pada malam hari, jadi warga desa biasanya bermalam di pantai guna mengikuti prosesi upacara ini hingga pagi. Kegiatan tersebut biasanya dimulai dari persiapan warga desa menyiapkan peralatan kemah, seperti bambu, tali dan kain atau terpal. Sore hari akan terlihat lalu lintas menuju Pantai Kerobokan agak sedikit ramai karena hampir semua warga Desa Adat Kerobokan, Desa Adat Keloncing dan Desa Adat Sinabun yang merantau pulang kampung untuk mengikuti upacara ini.
Setelah warga selesai membangun kemahnya masing-masing, biasanya mereka tidak langsung pulang, tetapi masih ingin bersantai-santai sambil menikmati keindahan Pantai Kerobokan dan kalau cuaca mendukung, mereka akan menunggu hingga datangnya sunset.
Kemah masal yang didirikan tersebut berfungsi sebagai tempat beristirahat sejenak sambil menunggu tahapan-tahapan upacara Nyekar tersebut dan kegiatan kemah masal ini juga digunakan sebagai ajang rekreasi keluarga, dan ajang temu kangen bagi sanak keluarga yang merantau.
Bulan purnama akan menjadi pemandangan yang mengesankan saat upacara dan perkemahan masal tersebut, deburan ombak dan api unggun juga menjadi penambah kesan kegiatan tahunan tersebut. Unik dan mengesankan bukan?
2. Tari Kecak di Pura Uluwatu
Kecak adalah salah satu tarian khas Bali. Tari Kecak biasanya dipentaskan hanya di Pura Uluwatu saja. Tema Tari Kecak adalah tentang Ramayana, yaitu kisah Rama, Sintha, Rahwana dan Hanuman. Dalam kisah Ramayana, Dewi Sintha dibawa kabur oleh Rahwana, kemudian Sang Rama mengutus Hanuman untuk menengok istri tercintanya tersebut. Ketika Hanuman berada di istana Rahwana, yaitu di Alengka Pura, Hanuman yang dibakar ekornya meloncat kesana kemari untuk membakar Alengka Pura sehingga dalam Tari Kecak ini berisi atraksi penari Hanuman menendang api.
Panggung terbuka dibuat di Pura Uluwatu yang posisinya tinggi di atas permukaan laut. Pementasan biasanya dimulai saat pukul 18:00 Wita agar bertepatan dengan indahnya sunset sehingga pengunjung dapat menikmati dua view yaitu Tari Kecak itu sendiri dan indahnya sunset.
Bagi kamu yang ingin menyaksikan Tari Kecak ini, carilah tempat duduk di bagian tengah agar tidak terlalu dekat dengan penari dan tidak jauh juga dengan penari berhubung biasanya ada atraksi sang Hanuman bermain api.
3. Omed-omedan atau ciuman masal di Bali
|
Foto: infobudayabali.com |
Hal unik satu ini hanya ada di Banjar Kaja Sesetan Denpasar. Bagi kamu yang ingin menyaksikan keunikan acara ini, datanglah tepat sehari setelah Hari Raya Nyepi. Omed-omedan berasal dari kata "omed" yang artinya tarik. Sedangkan Omed-omedan berarti saling tarik menarik satu sama lainnya. Omed-omedan sering disebut juga ciuman masal bagi muda-mudi Banjar Kaja Sesetan. Budaya ini bukan merupakan aksi pornografi, karen didasari oleh niatan untuk melestarikan budaya warisan leluhur dan melakukan atau mengormati titah raja kala itu. Sebelum memulai acara ini, biasanya peserta akan melaksanakan persembahyangan bersama untuk memohon keselamatan kepada Sang Pencipta agar acara ini berjalan dengan lancar.
Omed-omedan ini berawal ketika Sang Raja kala itu sedang sakit keras, bahkan tabib istana dan tabib lainnyapun tidak dapat menyembuhkan sakitnya. Bertepatan pada Hari Raya Nyepi terjadi kegaduhan di dalam Puri, Kegaduhan tersebut karena ada yang sedang omed-omedan atau tarik-tarikan. Kegaduhan tersebut membuat Sang Raja Marah dan tiba-tiba tanpa disadari Beliau dapat bangun dengan maksud untuk menghentikan kegaduhan tersebut. Setelah Beliau sadar diri kalau Beliau dapat bangun dengan tiba-tiba, maka Sang Raja menjadi senang kemudian mengeluarkan titah agar kegiatan omed-omedan tersebut diadakan setiap tahun sekali.
Untuk menghormati titah Sang Raja, maka omed-omedan diselenggarakan terus menerus tiap tahunnya, bahkan untuk menarik wisatawan maka diubah konsepnya menjadi sebuah festival tahunan yang meriah. Bagaimana, apakah kamu berminat untuk menyaksikan omed-omedan tersebut?
4. Penjor disetiap rumah penduduk saat Hari Raya Galungan
Penahkah kamu berkunjung ke Bali saat Hari Raya Galungan? Kalau pernah, kamu pasti akan menemukan suatu hal yang unik dan hanya ada di Bali. Yaps.. benar sekali hanya ada di Bali. Hari Raya Galungan adalah hari kemenangan Dharma melawan Adharma. Dharma adalah kebajikan dan Adharma adalah kebalikannya. Untuk memperingati hari tersebut semua umat Hindhu di Bali memasang penjor di depan rumah mereka.
Hari Raya Galungan sama halnya dengan Hari Raya Diwali-festival cahaya, adalah perayaan terbesar bagi umat Hindu di India dan Diwali tersebut adalah perayaan kemenangan terang yang melambangkan kebaikan, pencerahan mengatasi kejahatan atau kebodohan.
Saat Hari Raya Galungan ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengunjungi Desa Wisata Penglipuran. Mengapa demikian? Karena Keindahan Desa Penglipuran akan semakin terasa saat Hari Raya Galungan ini. Seperti yang dikatakan tadi, tidak hanya di Desa Penglipuran saja penjor dipasang, tetapi penjor dipasang disemua tempat di Bali.
Di daerah lain seperti Palangka Raya, penjor hanya digunakan saat ada upacara pernikahan saja. biasanya dipasang didepan jalan menuju lokasi pernikahan, karena penjor hanya digunakan sebagai "tanda" bahwa di tempat tersebut sedang ada pesta pernikahan dan sekalian sebagai "penunjuk" lokasi pernikahan.
5. Festival Ogoh-ogoh
|
Foto: arikblogaddress.blogspot.com |
Wujud Raksasa yang diarak keliling kota dan ada berbagai karakter yang dibuat sebagai perwujudannya hanya ada di Bali. Perwujudan itu bernama Ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh sebagai lambang sifat-sifat jahat seperti raksasa, amarah, kebencian dan sifat jahat lainnya. Ogoh-ogoh juga diperlombakan untuk menggali seni dan kreatifitas masyarakat Bali dan mendorong masyarakat untuk berkreasi dalam budaya. Saat diarak keliling kota atau desa, ogoh-ogoh diiringi oleh gambelan beleganjur, bahkan ada diisi tarian sebagai pelengkapnya.
Bahan yang digunakan ada berupa kertas dan bambu, ada juga yang menggunakan styrofoam. Disarankan agar mengindari menggunakan styrofoam karena tidak ramah lingkungan.
Setelah selesai diarak dan dinilai, maka ogoh-ogoh akan dibawa ke kuburan untuk dibakar. mengapa dibakar setelah menghabiskan biaya dan tenaga yang tidak sedikit? ya karena untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk memusnahkan sifat-sifat raksasa dalam diri kita agar dapat melaksanakan kehidupan dengan lebih Baik lagi.
Festival ogoh-ogoh ini dilaksanakan sehari sebelum Hari Raya Nyepi, atau tepat saat Hari pengrupukan atau pecaruan. Dalam Hindhu, upacara pecaruan adalah mensomya atau melebur sifat-sifat Bhuta atau raksasa menjadi sifat-sifat Dewa.
6. Nyepi
|
Foto: indonesia.travel |
Ingin melihat suasana kota mati di jaman modern ini? Maka berkunjunglah ke Bali, karena hanya di Bali satu-satunya daerahnya menjadi mati saat Hari Raya Nyepi. Sehari menjadi kota mati, sehari tanpa kebisingan, tanpa penerangan dan tanpa aktivitas dijalanan. Begitulah Hari Raya Nyepi di Bali. Sesuai dengan namanya "Nyepi" yaitu sepi, hening, tenang dan damai.
Bagi kamu yang rindu ketenangan, maka tidak ada salahnya ikut melaksanakan Hari Raya Nyepi di Bali. Bagi kamu yang menginginkannya, maka kamu harus berada di Bali sebelum Hari Raya Nyepi, karena pada hari Raya Nyepi, semua penerbangan dan kapal laut yang menuju Bali akan dihentikan alias ditutup sementara.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang Nyepi, Baca : Nyepi- Bali tanpa polusi dan hemat energi dalam sehari
Dapat kamu bayangkan, dijaman modern seperti sekarang ini, kamu akan terasa berada di jaman dahulu dimana kehidupan tanpa listrik, aktivitas terbatas, tanpa kebisingan dan polusi dalam sehari. Unik dan menarik bukan?
7. Geret Pandan di Desa Tenganan
Orang berperang biasanya menggunakan senapan atau senjata tajam, nah di Desa Tenganan Karangasem memiliki tradisi berperang yang unik, yaitu perang menggunakan pandan. Tradisi Perang Pandan ini dipercaya sebagai penghormatan terhadap dewa perang yaitu Dewa Indra.
Acara ini diselenggarakan bertepatan dengan Ngusaba Kapat atau Ngusaba Sembah. Sasaran yang dituju pada perang ini adalah punggung lawan. Pakaian yang digunakan adalah kamen yang terbuat dari kain tenun khas pegringsingan dan udeng. Alat perang yang digunakan adalah pandan berduri dan tameng sebagai pelindung atau alat menangkis serangan lawan.
Nama lain dari perang pandan adalah geret pandan atau mekare-kare. Acara mekare-kare ini dilaksanakan pada pukul 2 sore hingga selesai di Balai Desa Tenganan.
Sebelum dilaksanakannya perang padan ini, masyarakat bersembahyang terlebih dahulu agar acara ini dapat berjalan dengan lancar. Ada makna penting yang terselip dalam perang padan ini.
Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang menyaksikan acara tahunan ini, bahkan mereka ikut juga dalam perang pandan ini secara langsung.
8. Penguburan jenazah yang unik di Desa Trunyan
|
Foto: tunaspisang.blogspot.com |
Tidak seperti pemakaman-pemakaman pada umumnya di Bali atau di daerah lainnya karena mayat hanya dibaringkan di atas tanah dan dipagari dengan anyaman bambu yang bernama ancak saji. Walaupun ditaruh begitu saja, namun mayat tersebut tidak menimbulkan bau busuk sedikitpun baik dari jauh atau saat kamu dekati sekalipun. unik bukan? Pemakaman unik ini hanya ada satu-satunya di Bali yaitu di Desa Trunyan.
Desa Trunyan adalah desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Trunyan merupakan salah satu desa Bali Aga. Desa Bali Aga umumnya desa yang menjalankan dan memegang teguh tradisi yang bersifat tradisional ditengah perkembangan jaman modern ini.
Cara pemakaman unik ini ternyata ada penyebabnya walaupun disebutkan dalam berbagai versi. Hal yang membuat bau tidak sedap pada mayat menjadi netral adalah pohon menyan yang ada di kuburan tersebut.
Untuk lebih lengkapnya, dapat kamu baca : Desa Trunyan-Uniknya pemakaman hingga netralnya bau busuk mayat.
9. Kesurupan atau trance saat upacara agama di Bali
|
Foto: perpussemesta.wordpress.com |
Umumnya upacara di Bali dikaitkan dengan kesurupan atau trance, namun tidak semua upacara di Bali sperti itu. Saat terjadi trance tersebut, dipercaya adanya roh leluhur atau roh Dewa yang masuk ke dalam tubuh manusia tersebut untuk menyampaiak pesannya langsung.
Secara logis tubuh manusia cenderung akan terluka jika tertusuk oleh senjata tajam, namun karena ada kekuatan lain diluar manusia, maka kulit manusia yang mengalami trance tersebut menjadi tahan terhadap tusukan dan irisan benda tajam.
Dengan adanya trance tersebut, berarti upacara yang dilaksanakan menjadi lebih "metaksu", artinya umat dapat merasakan kehadiran Tuhan ataupun leluhur dalam pelaksanaan upaca tersebut.
Tidak sembarangan orang dapat mengalami trance tersebut, hanya orang-orang yang Beliau pilihlah yang mengalaminya. Susah memang kalau dinalarkan, begitu juga kepercayaan masing-masing individu yang berbeda sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap trance ini.
10. Ngaben
Bagi umat Hindhu, penghormatan terakhir bagi leluhur atau orang tua yang telah meninggal dunia adalah dengan upacara Ngaben. Ngaben bisa dikatakan kewajiban sang anak atau keturunannya terhadap orang tua atau leluhurnya agar secara Hindhu, mereka dapat mencapai pembebasan dari ikatan duniawi untuk menjalani tahap selanjutnya yaitu peradilan atas perbuatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia ini.
Ngaben tidak serta merta membuat roh leluhur menjadi suci, atau bebas dari hukum karma atas perbuatan mereka tetapi ngaben hanya sebagai media atau sarana untuk mendoakan leluhur mendapatkan tempat sesuai amal ibadahnya.
Ngaben terdiri dari wadah dan lembu, wadah tersebut sama dengan tempat menaruh mayat ketika akan dibawa ke kuburan, sedangkan lembu digunakan sebagai tempat untuk membakar mayat atau tulang manusia itu sendiri. Lembu secara mitologi dipercaya untuk mengantarkan roh manusia menuju Sang Pencipta. lembu sebagai kendaraan suci Sang Maha Pelebur yaitu Shiva.
Setelah mayat atau tulang dibakar, maka abunya akan dihanyutkan ke laut. Sesuai dengan konsep Panca Maha Butha, yaitu 5 unsur pembentuk tubuh manusia, yang berasal dari api dikembalikan ke api, yang berasal dari tanah dikembalikan ke tanah, yang berasal dari air dikembalikan ke air, yang berasal dari udara dikembalikan ke udara dan yang berasal dari ruang kosong dikembalikan ke ruang kosong.
Upacara ngaben yang terkenal adalah upacara ngaben keluarga Kerajaan Ubud. Saat berlangsungnya upacara ngaben tersebut, banyak wisatawan asing yang ikut serta menyaksikannya.
11. Festival Layangan
|
Foto: freemagz.com |
Layangan tidak hanya digemari oleh anak-anak saja, tetapi layangan digemari oleh orang dewasa juga. Di Bali malahan diadakan sebuah festival untuk lomba layangan, disebut dengan Bali Kite Festival. Festival ini diselenggarakan setahun sekali di pantai padang Galak, Sanur, Bali.
Ratusan bahkan ribuan layangan diperlombakan disini. Ukuran layangannya pun bermacam-macam, ada yang kecil sampai yang terbesar. Begitu juga bentuk dan desain dari masing-masing layangan, sungguh unik dan kadang dapat mengundang decak kagum dan tawa penontonnya. Peserta festival ini umumnya berkelompok, dimana dalam satu kelompok terdiri dari 10 orang, tergantung juga besar kecilnya layangan tersebut.
Festival ini biasanya diselenggarakan pada bulan Juli-Agustus, karena pada bulan-bulan tersebutangin diperkirakan sangat mendukung untuk festival ini. bagi kamu yang ingin menyaksikannya, harus siap dengan cuaca panas di sekitar pantai. Sediakan payung atau alat pelindung lain agar kamu dapat menyaksikan festival ini dengan nyaman.
Demikian hal unik yang dapat kamu temui saat kamu berkunjung ke Bali, kalau ada hal unik lainnya, silahkan dapat kamu tambahkan melalui komentar di bawah.