Monday 24 July 2017

Perang Api- Ritual unik sebagai rangkaian dari upacara Nyepi di Desa Nagi




Perang api di Desa Nagi

Perang Api-Budaya Bali memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Budaya unik yang merupakan bagian dari rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali hanya ada di Desa Nagi, Ubud. Secara umum rangkaian Hari Raya Nyepi adalah dimulai dari upacara melasti, kemudian upacara pangrupukan atau pecaruan pada tilem ke sanga, besoknya dilanjutkan dengan Nyepi, lalu kemudian dilanjutkan lagi dengan ngembak gni atau ngembak api. 

Biasanya acara yang ditunggu-tunggu saat sehari sebelum nyepi adalah Festival ogoh-ogohnya karena Festival tahunan ini memang sangat menarik dan dipenuhi oleh semangat euforia serta kebersaman dalam seni dan kreasi. Tetapi yang akan kita bahas bukan tentang ogoh-ogohnya, melainkan salah satu ritual pada pangrupukan (sehari sebelum nyepi) yaitu tata cara membersihkan pekarangan rumah, dadia atau pura dan desa. 

Berfokus pada upacara pangrupukan atau pecaruan, di Bali pada umumnya dilaksanakan pada sore hari di Catus pata Desa/Kota, Catus Patha adalah perempatan Desa. Masing-masing desa punya Desa, Kala dan Patranya sendiri. Walaupun sama-sama berada di Bali, namun prosesi, tata cara hingga sesajen atau bantennya pun berbeda pada masing-masing desa. 

Ada yang menyelenggarakan pecaruan di Pura Dalem, ada yang mengadakan pecaruan di perempatan jalan desa. Secara umum pelaksanaannya di awali dengan persembahyangan bersama di pura dalem atau catus patha, kemudian semua warga "nunas" tirta dan api untuk dibawa pulang ke merajan atau rumah masing-masing. Api biasanya dibawa dengan membakar danyuh (daun kelapa yang sudah kering).

Saat sudah sampai di areal pekarangan rumah atau dadia ( biasanya ada rumah yang berada dalam satu lingkungan keluarga besar) dengan membawa tirta dan api tadi, di adakan penyambutan dengan bunyi-bunyian, entah itu memukul kentongan atau bunyi-bunyian. Tirta dipercikkan dan api dikibas-kibaskan, kemudian tanah dipukul menggunakan kayu, kentongan terus dibunyikan. Begitu sekelumit prosesi pangrupukan atau pecaruan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Tujuan dari upacara tersebut adalah mengusir roh jahat yang ada di rumah, dadia atau pura dan desa. 




Berbeda dengan prosesi pangrupukan atau pecaruan umumnya di Bali, di Desa Nagi Ubud ini mengadakan acara unik dalam upacara pegrupukan, acara tersebut adalah perang api atau perang gni dan boleh juga disebut dengan siat gni. 

Upacara ini dilaksanakan dengan mengarahkan atau mengacungkan api ke empat penjuru mata angin terlebih dahulu sambil berteriak lantang " bakar", nah setelah itu baru lah dimulai acara perang api tersebut. Perang api dilakukan dengan saling melempar danyuh (daun kelapa yang sudah kering) dan berisi api satu sama lainnya, tidak ada perasaan marah yang terlihat, tetapi semangat perayaan yang menjadi cerminan pada upacara tersebut.



Tujuan dari perang api adalah sebagai spesifikasi dari tujuan pangrupukan atau pecaruan sehari sebelum nyepi tersebut. Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa tujuan dari upacara pangrupukan dan pecaruan adalah mengusir roh jahat yang berada di lingkungan rumah, dadia atau pura dan di desa, hal tersebut hanya mencakup lingkungan makrokosmos atau alam luas. Sedangkan spesifikasinya adalah mengusir roh jahat yang ada dalam pribadi masing-masing agar keesokan hari dan hari-hari selanjutnya umat dapat melangsungkan upacara Nyepi tanpa adanya pengaruh dari roh jahat tersebut, maka dari itu api diarahkan dan dilemparkan ke orang satu sama lainnya.

Dengan diadakannya perang api tersebut, diharapkan pengaruh roh jahat akan hilang dari dalam diri manusia. Sungguh unik bukan ritual warisan leluhur tersebut? Bagi kamu yang penasaran dengan upacara tersebut, silahkan saja berkunjung ke Desa Nagi Ubud, dan untuk mengetahui lokasinya, dapat kamu lihat pada peta di bawah ini:




EmoticonEmoticon